Iman yang Berbicara
Menempuh perjalanan jauh itu bukan hal yang mudah.Diperlukan kesabaran untuk sampai tujuan.Pada umumnya masing-masing individu mempunyai tujuan yang sama yakni mencapai kebahagiaan.Hanya masalahnya yang namanya “bahagia” itu sangat relatif sekali.Ukuran bahagia tidak bisa diukur dengan suatu alat tertentu.Seberapa besar kebahagiaan seseorang juga sulit sekali dilihat secara kasad mata.
Dalam hidup bermasyarakat, seringkali kita terkecoh dengan pandangan mata kita.Kita melihat kebahagiaan seseorang dengan ukuran melimpahnya kekayaan materi yang menumpuk atau yang dimiliki oleh seseorang,kesuksesan dalam bekerja, meningkatnya karier, ataupun hal lain yang mudah ditangkap oleh mata kita.Bahkan ada sekelompok orang tertentu menganggap kebahagiaan itu adalah hal semu yang tidak akan kita capai seperti halnya jalan tidak akan ada ujungnya walau kita sendiri berhenti untuk sementara waktu.Pemberhentian itu tidak membutuhkan waktu yang lama.Setelah berhenti orang akan melanjutkan lagi perjalanannya.Dan hal itu terjadi terus-menerus tanpa ada ujungnya.Mungkin menurut kita orang awam, kelompok yang satu ini terlalu ekstrim dan tidak pernah mengenal kata bahagia.
Ibarat orang yang lagi menempuh perjalanan jauh, kata bahagia bisa direfleksikan dengan banyak cara.Salah satu diantaranya adalah memandang sesuatu secara positif dan objektif.Pandangan dengan kacamata plus akan membuat sesuatu tampak besar dan indah, seakan-akan apa yang kita lihat adalah hal yang sempurna.Walau sebenarnya di sana-sini masih memerlukan perbaikan-perbaikan untuk mewujudkan tujuan akhir.
Dalam menempuh perjalanan, tentunya banyak hal-hal yang dapat dinikmati.Hal yang menyenangkan dan juga hal yang kurang menyenangkan bahkan sangat tidak menyenangkan.Apapun yang terjadi dalam perjalanan merupakan sarana dan prasarana merupakan bagian dalam upaya pencapaian tujuan. Jatuh bangun, suka duka, kegagalan-kesuksesan akan mewarnai perjalanan hidup kita sebagai orang beriman.
Banyak orang mengeluh apabila dalam menempuh perjalanan selalu dihadapkan pada hal-hal yang kurang menyenangkan.Maunya menempuh perjalanan dengan cepat, murah, aman, dan nyaman, dan terakhir sampai tujuan dengan selamat.Secara manusiawi harapan itu sah-sah saja, namun realitanya tidak seperti.Jalan yang ditempuh berliku-liku, rusak, bertebing, macet, kendaraan mogok, bahkan menemui jalan yang sangat rusak dan tidak dapat dilalui.Apapun yang terjadi, manusia tetap berusaha melaluinya walau sesulit apapun jalan itu.Kesulitan yang kita hadapi bukan untuk dilalui begitu saja, namun kesulitan itu akan menjadi kekuatan apabila kita sendiri mampu mengolah kesulitan tersebut menjadi hal yang positif dan sekaligus menjadi motivasi untuk bergerak maju.Ada pepatah mengatakan”Nasi sudah menjadi bubur” yang artinya sesuatu yang sudah tidak bisa diolah lagi.Namun, untuk jaman sekarang ini pepatah tersebut kurang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
Sebagai orang beriman, masing-masing diri kita memiliki perjalanan yang sangat heterogen sekali.Ada jalan yang mulus dan mudah dilalui, ada jalan yang dapat dilalui namun membutuhkan waktu yang agak lama, bahkan ada jalan yang sulit dilalui yang membutuhkan perjuangan iman yang kuat agar bisa melaluinya.Perjalanan hidup kita akan menjadi indah apabila kita sendiri mampu melukis dan mewarnai perjalanan tersebut dengan irama iman.Jalan yang baik dan muluspun tidak akan memiliki makna apabila pengguna jalan tidak mampu memberi warna dan melukisnya dengan baik.
Untuk mencapai Golgoto, Yesus sendiri berjuang mati-matian.Jatuh-bangun, penghinaan, cacimakian, dan banyak hal lain yang menyakitkan.Namun demikian, perjuangan perjalanan Yesus untuk mencapai Golgota bukanlah perjalanan yang sia-sia.Golgota telah berbicara banyak, di sanalah Yesus sendiri menyelamatkan hidup kita dari dosa, membebaskan kita dari dosa yang membelenggu kita.Kebahagiaan itu muncul ketika Yesus membahagiakan umatnya.
Keyakinan itulah yang seharusnya menjadi kekuatan orang beriman dalam menghadapi perjalanan hidupnya.Perjalanan yang dinikmati bukan hanya secara fisik, tetapi perjalanan iman.Dengan iman itulah perjalanan hidup akan mempunyai banyak makna, baik terhadap keluarga maupun orang-orang terdekat kita, bahkan masyarakat pada umumnya.Kebahagiaan bisa muncul dan lahir dari orang di sekitar kita.Atau kita bisa mengemas sendiri makna dan arti kebahagiaan menurut porsi kita masing-masing.Kata bahagia dapat kita serap secara iman dan kita tularkan kepada orang lain secara iman pula.Biarlah kita berjalan dengan tuntunan iman dan mengakhiri perjalanan juga dengan iman.Kita serahkan perjalanan ini kepada Tuhan sendiri yang telah memberi kita hidup dan kehidupan.Dan kita berdoa agar kita mampu melalui perjalanan yang sudah ditentukan Tuhan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar