Sabtu, 07 Mei 2011

Kacamata Iman


Penderitaan itu Guru yang Baik


            Setiap tahun ada pemandangan yang selalu kita lihat.Pemandangan itu adalah peristiwa mudik setiap datangnya hari raya Idul Fitri.Di tempat-tempat umum seperti terminal, bandara, stasiun kereta api, juga jalan – jalan di perkotaan penuh sesak dengan orang yang akan mudik ke daerah mereka masing-masing.Tampaknya tradisi ini merupakan salah satu tradisi yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya.

            Salah satu tujuan tradisi ini adalah bersilahturahmi dengan keluarga, sahabat, handai taulan, bahkan untuk mengenang masa kecil di kampung halaman.Untuk mencapai tujuan itu banyak orang yang rela berdesak-desakkan, antre yang berkepanjangan, bahkan sampai ke tempat tujuan dengan waktu yang berlipatganda dari waktu tempuh yang biasa ditempuh pada hari-hari biasa.

            Hal itu menunjukkan betapa semangatnya orang-orang bersusah payah dalam mencapai harapan dan tujuannya.Melihat hal itu seharusnya kita paham bahwa sebuah tujuan dan harapan itu tidak akan dapat tercapai apabila tidak diperjuangkan.Namun kenyataannya tidak seperti itu.Dewasa ini, banyak orang sulit sekali menerima penderitaan.Padahal untuk mencapai suatu hasil, orang mesti berjuang bahkan harus menderita.Orang cenderung ingin cepat mendapatkan hasil tanpa adanya perjuangan.

            Teknologi komunikasi sekarang ini telah berkembang pesat sekali.Dengan adanya internet dan handphone, komunikasi dapat dilakukan di mana-mana, kapan saja, kepada siapa saja, dan waktunyapun tidak terbatas, serta dapat dilakukan dengan mudah bahkan sangat mudah.Fenomena yang terjadi ini tentunya sangat berdampak pada kehidupan manusia, baik itu anak-anak maupun manusia dewasa.Dampak yang terjadi antara lain: berdampak pada pola pikir manusia, konsep, sikap, spiritualitas dan juga cara kerja orang-orang jaman ini.

            Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, jangan heran apabila budaya lama tidak diperhitungkan lagi.Yang muncul adalah motto baru yang berbunyi”Kalau ada yang mudah, mengapa harus lewat yang sulit!”Kesulitan yang identik dengan penderitaan itu sudah kehilangan artinya bagi orang-orang yang hidup di jaman modern ini.

            Karena penderitaan yang sudah mulai kehilangan artinya maka sebagai akibatnya adalah orang sekarang ini sangat dangkal, rentan, dan rapuh.Ia menjadi manusia yang tidak ulet dan mudah putus asa bahkan mengakhiri masalahnya dengan cara-cara yang cepat dan tidak sesuai dengan imannya.Ketika menghadapi sakit, kegagalan, dan penderitaan, orang menjadi bingung dan sulit menerima penderitaan tersebut.Ia tidak mampu menangkap makna penderitaan yang dialaminya.

            Padahal, dalam perjalanan hidup manusia yang namanya penderitaan itu selalu ada, kapan, dan di manapun serta menimpa siapapun juga.Maka, sebenarnya salah besar ketika orang tidak peduli untuk mengerti dan memaknai apa arti penderitaan itu dalam hidupnya.Orang-orang besar, orang-orang kudus, dan martir dalam sejarah gereja sangat pandai memaknai penderitaan hidupnya.Mereka tahu pasti bahwa penderitaan itu merupakan syarat mutlak untuk menggapai kehidupan yang tinggi.Mereka sadar bahwa penderitaan itu merupakan guru kehidupan yang nyata. Penderitaanlah yang mengajarkan banyak hal tentang kehidupan ini.

            Dalam hal ini Yesus sendiri memberikan teladan kepada kita tentang penderitaan.Perkataan Yesus,”Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini”Lukas : 17.25.Yesus tidak pernah gentar dengan penderitaan yang akan dialamiNya.Sebagai murid Yesus, hendaknya kita tetap setia walau harus menderita banyak hal.Hayatilah setiap peristiwa hidup ini sebagai guru yang baik yang mampu mendewasakan hidup kita.



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar