Kamis, 01 Desember 2011

Peringatan Hari Pelindung Sekolah


Peringatan Hari Pelindung”Santo Carolus”

            SD Santo Carolus adalah salah satu sekolah di bawah naungan Yayasan Tarakanita Wilayah Surabaya. Setiap tahunnya SD ini selalu memperingati hari pelindung sekolah yakni”Carolus Borromeus”. Banyak kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk memperingati hari pelindung antara lain: Misa Syukur semua karyawan yang ada di Tarakanita, Misa Syukur sekolah, dan sebagai acara puncak adalah acara Pentas Seni dan bazaar.

            Kegiatan perdana perayaan ini adalah Misa Syukur yang diikuti oleh seluruh karyawan yang ada di Tarakanita, para karyawan yang sudah purna tugas, instansi yang sudah bekerja sama yakni: BSW, MLT, dll, dan para tim finansial yang ada di Yayasan Tarakanita. Perayaan Misa Syukur dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Nopember 2011 di Gereja Gembala Yang Baik.

            Kegiatan berikutnya adalah Misa Syukur sekolah, pesertanya adalah siswa-siswi SD Santo Carolus. Untuk Misa Syukur ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Nopember 2011 dengan tempat pelaksanaan yang sama dengan Misa Syukur untuk karyawan yakni di Gereja Gembala Yang Baik, jalan Jemur Andayani.
            Sebagai acara puncak adalah Pentas Seni dan Bazar yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Nopember 2011. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih rasa percaya diri siswa, keberanian siswa, menampilkan berbagai macam hasil kegiatan ekstrakurikuler sekolah, sekaligus sebagai ajang kreatifitas siswa, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai sarana penggalian dana.

            Guna mendukung kegiatan ini supaya berjalan baik dan maksimal sekolah membentuk kepanitiaan, di mana kepanitiaan ini berasal dari orang tua murid yang bergabung dalam FKKSK (Forum Komunikasi Keluarga Sekolah Katolik). FKKSK inilah yang banyak membantu terselenggaranya Pentas Seni dan Bazar. Tentunya bekerja sama dengan para guru juga orang tua lainnya.

            Pelaksanaan kegiatan Pentas Seni dan Bazar kali ini sangat seru lho. Mengapa? Karena bapak dan ibu guru secara kompak mengenakan kaos biru, salah satu warna khas Tarakanita. Tidak kalah juga panitia mengenakan kaos warna merah sebagai lambang keberanian dan penuh semangat melaksanakan tugasnya. Lebih seru lagi adanya door price untuk siswa-siswa yang disediakan oleh panitia. Sebagai acara puncak adalah door price berupa tiga buah sepeda yang dipersembahkan juga oleh panitia. Dari wajahnya, siswa-siswi tampak senang dan semangat mengikuti kegiatan ini sampai selesai.

            Kesuksesan acara ini berkat kerja sama yang baik antara pihak sekolah, panitia dalam hal ini adalah FKKSK, orang tua siswa, para donatur baik dari orang tua siswa sendiri maupun dari instansi terkait, dan tidak kalah pentingnya siswa-siswi sendiri yang dengan antusias menampilkan kebolehannya di atas panggung.
            Siapakah Santo Carolus Borromeus itu?

Kisah perjalanan Hidup Santo Carolus Borromeus”Sang Cinta Yang Membawa Pembebasan”

            Dini hari pada tanggal 2 Oktober 1538 Puri Arona, keluarga Adipati Ghiberto Borromeus digembirakan oleh lahirnya seorang putera. Bayi itu adalah anak ke-4 dan putera ke -3 dalam urutan kakak beradik ini, diberi nama Carolus dengan panggilan kesayangan Carlo. Yang menjadi putera ke -2, ditentukan untuk memangku jabatan tinggi dalam gereja. Sedangkan abangnya Frederiko, akan menggantikan ayahnya dalam memangku jabatan dalam gereja itu, ditandai dengan upacara pencukuran rambut dan penerimaan jubah ketika ia berumur 7 tahun.

            Namun, tidaklah salah orang-orang memberikan kepercayaan yang besar kepadanya untuk memangku jabatan yang tinggi dalam gereja. Tanggal 31 Januari 1560 dalam usia yang sangat muda yakni 22 tahun, Carolus diangkat kardinal oleh pamannya yaitu Paus Pius IV. Perubahan dalam hidupnya tampak jelas setelah ia diberkati menjadi imam di usia ke -25. Konsili Trente dihadirinya, mengundangnya untuk mewujudkan harapan-harapan konsili lewat sikap hidupnya. Ia menjadi berbeda karena kecintaannya kepada Kristus. Menyederhanakan hidupnya, mendirikan collega, seminari, dan sekolah minggu menjadi gerakan dalam menghadapi Konsili Trente.

            Hari-hari mulai berlalu sengan semangat cinta yang membawa pembebasan bagi dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Puncak cintanya kepada Kristus kepada umatnya dibuktikan pula ketika wabah sampar melanda Milanopada tahun 1576. Sungguh cintanya melampaui ketakutan akan tertularnya sampai pula pada penderitaan rohani yang dialami mereka.”Warna Uskup” yang membungkus tubuh penduduknya yang kedinginan, dapur umum yang senantiasa menyediakan makanan, dan rumah-rumah yang dibangunnya untuk gelandangan cilik, pengemis, bayi-bayi yang ditinggalkan ibunya, juga pada wanita tuna susila, menjadi wujud cinta dan keprihatinannya tanpa batas.

            Cinta yang lahir dari kedekatannya dengan Sang Cinta Sejati, membuatnya menghabiskan waktunya berjumpa dengan Tuhan yang semakin memperdalam cintanya dengan Kristus. Begitu pula dari askese dan matiraganya untuk mencitai Kristus yang telah yang telah merubah hidupnya.

            Pada pukul 8 malam, tanggal 3 Nopember 1584 diusianya yang ke-46, Sang Cinta Sejati memanggilnya. Sahabat dan handai taulannya membacakan kisah sengsara Tuhan Yesus untuk mengantar menjumpai Tuhan. Akhirnya 1 Nopember 1610, lewat kesaksian hidupnya yang suci, ia diangkat sebagai suci di gereja Santo Petrus Roma.

            Pada kesempatan ini pihak sekolah mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sangat mendukung kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan baik, lancar, juga mampu menjadi acara yang menggerakkan kreatifitas siswa.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar